UJI BAKTERI TAHAN ASAM
Oleh
:
Nama:
Anis Fauziyah G1B014004
Lusiana Nur F. G1B014025
Sita Putri Naditya G1B014052
Enggar Purbandari G1B014058
Natalia Dessy P.N. G1B014061
Kelompok
: 7
Rombongan
: II
Asisten
: Kuntum Khairu Ummah
Lenny Rachmawati
LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mikobakteria memiliki dinding sel kaya lipid yang
menahan beberapa zat warna, bahkan dapat menahan perubahan warna dengan adanya
asam (tahan asam). Terdapat lebih dari 50 spesies mikobakteria, sebagian besar
merupakan organism lingkungan yang jarang menyebabkan infeksi pada manusia (Gillespie,
2007).
Mycobacterium
tuberculose termasuk Gram Positif, tahan asam
dan alcohol, pertumbuhan lambat pada media buatan sekitar 6 sampai 8 minggu,
berbentuk coccoid dan seperti
benang, tidak bergerak, dan tidak memiliki spora. Sifat pertumbuhan kuman tuberculosis
adalah aerob, sukar tumbuh pada media biasa, dan memerlukan pembenihan istimewa
(mengandung telur). Suhu optimum 37° C, pH optimum pembenihan antara
6,0-8,0 dan pH optimum antara 6,5-6,8. Keistimewaan kuman ini adalah sekali
menangkap zat warna maka sukar terlepaskannya, tahan terhadap asam dan mineral
(Girsang, 2013).
Mycobacterium memiliki
keistimewaan, karena dinding selnya mengandung lipida yang terlihat sebagai
lapisan lilin. Kandungan lipida ini sangat tinggi, pada beberapa spesies lipida
ini dapat mencapai sampai 60% dari berat dinding sel. Kandungan lipida yang
tinggi ini menyebabkan sel bakteri sulit diwarnai, karena zat warna tidak dapat
menembus lapisan lilin ini. Jika bakteri tahan asam diwarnai dengan larutan
kalbol fucshin, maka zat warna ini tidak mudah dilunturkan oleh larutan pemucat
(Lay, 1994).
A.
Tujuan
Tujuan dari praktikum
kali ini adalah :
1. Untuk
mengetahui pengertian BTA
2. Untuk
mengetahui Mycobacterium sp dan
ciri-cirinya
3. Untuk
mengetahui macam-macam pewarnaan BTA
4. Untuk
mengetahui patogenesis Mycobacterium
tubercolose
5. Untuk
mengetahui penyakit lain yang disebabkan oleh Mycobacterium sp
II.
MATERI
A.
Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum bakteri
tahan asam adalah bunsen, objek glass, pipet tetes steril, penjepit atau
pinset, mikroskop, dan tusuk sate bambu.
Bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum bakteri tahan asam adalah sputum, larutan karbol
fuchsin, larutan alcohol asam 3%, Methylen
Blue, dan akuades.
I.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Gambar
|
Pengamatan
|
Gambar
A. 1 sputum (control)
|
Sampel yang dijadikan control dan dinyatakan positif. Karena ditemukan
keberadaan bakteri tahan asam.
|
Gambar
A. 2 sputum (sampel)
|
Hasil dari percobaan yang kami lakukan, dinyatakan negative karena
tidak ditemukan keberadaan bakteri tahan asam pada sampel yang kami ambil.
|
Table
uji Bakteri Tahan Asam
Kelompok
|
Interpretasi
|
Kelompok 1
|
Negative
|
Kelompok 2
|
Negative
|
Kelompok 3
|
Negative
|
Kelompok 4
|
Negative
|
Kelompok 5
|
Negative
|
Kelompok 6
|
Negative
|
Kelompok 7
|
Negative
|
Kelompok 8
|
Negative
|
B.
Pembahasan
Bakteri tahan
asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C)
yang panjangnya 8-95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari
lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari
berat dinding sel. Kuman bakteri tahan asam (BTA), dikenal ada 41 spesies yang
telah diakui oleh ICSB (International Committee on Systematic Bacteriology).
Sebagaian besar sudah saprofit dan sebagaian kecil lainnya pathogen untuk
manusia diantaranya Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium leparae dan lain-lainnya yang dapat menyebabkan
infeksi kronik. Golongan sapropit dikenal juga dengan nama atipik
(Syahrurachman, 1994).
Mycobacterium adalah salah satu bakteri
yang banyak ditemukan di masyarakat. Salah satu spesiesnya adalah Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menularkan kuman tuberculosis melalui udara,
percikan dahak, atau ludah yang terinfeksi oleh kuman tuberculosis (Girsang,
2013).
Tipikal organism
dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang, lurus dengan ukuran
sekitar 0,4 – 3 µm. Pada media buatan, bentuk
kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies
lain. Mikrobakteria tidak dapat dikelompokan sebagai gram positif. Segera
setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh
alcohol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel yang
benar ditandai dengan “pencepat asam”-misalnya 95% etil alcohol yang berisi 3%
asam hidroklorat (asam alcohol) mendekolorisasi semua bakteri dengan cepat
kecuali mikobacteria. Pencepat asam tergantung pada integritas lilin
pembungkus. Pewarnaan teknik Ziehl-Neelsen digunakan untuk identifikasi bakteri
cepat asam (Brooks, 2005).
Pewarnaan BTA dikenal 3 macam pewarnaan untuk
bakteri tahan asam, yaitu: Ziehl Neelsen, Fluorokrom, Kinyoun Gabbet, berikut
adalah cara melakukan 3 pewarnaan.
a.
Pewarnaan Ziehl Neelsen
Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan
carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan
diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering
selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin atau dicuci kering anginkan
selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang
mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric
acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci
dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene
blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu
larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir.
b. Pewarnaan Fluorokrom
Pewarnaan Fluorokrom (Auramine O).
Sediaan direndam didalam larutan Auramine (Merck), dibiarkan selama 15 menit
kemudian dicuci dengan air bebas klorin atau H2O destilata dan dikeringkan.
Sediaan lalu direndam didalam asam alkohol, dibiarkan selama 2 menit, dicuci
dengan H2O destilata dan dikeringkan. Setelah itu sediaan direndam didalam
potasium permanganat 0,5%, dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O
destilata dan dikeringkan di udara.
c.
Pewarnaan Kinyoun Gabbet
Pewarnaan Kinyoun Gabbet. Larutan
Kinyoun (fuchsin basis 4g, fenol 8ml, alkohol 95% 20ml, H2O destilata (100ml)
dituang pada permukaan sediaan, dibiarkan selama 3 menit, kemudian kelebihan
zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Selanjutnya
larutan Gabbet (methylene blue 1g, H2SO4 96% 20ml, alkohol absolut 30ml, H2O
destilata 50ml) dituang pada permukaan sediaan, dibiarkan 1 menit kemudian
kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan,
kemudian sediaan dikeringkan di udara (Karuniawati, 2005).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum ini menggunakan prosedur
pewarnaan dengan menggunakan metode pewarnaan diferensial, prosedur pewarnaan
ini yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel
mikroba. Dengan teknik ini biasanya digunakan lebih dari satu larutan zat
pewarna atau reagen pewarna. Salah
satunya dengan menggunakan cara teknik pewarnaan BTA dengan persiapan meliputi
ulasan warna dengan karbol fuchsin, dipusatkan dan diberi warna tandingan
metilen blue. Hal tersebut dilakukan
guna memisahkan bakteri tahan asam yang tetap mempertahankan warna aslinya
apabila dikenai larutan asam (Mycobacterium)
dari bakteri tak tahan asam yang pudar warnanya dikarenakan oleh larutan asam
(Pelczar, 1986).
Dalam pewarnaan Ziehl Nelson digunakan beberapa jenis reagen diantaranya
ialah:
a.
Karbol
Fuchsin berfungsi untuk mewarnai dinding selnya.
b.
Alkohol
asam 3% berfungsi untuk melunturkan dinding sel yang tebal.
c.
Methylen
Blue berfungsi untuk mewarnai bagian background
d.
Sedangkan
fiksasi dalam percobaan ini dilakukan untuk membuka pori-pori sel.
Mycobacterium tidak dapat diwarnai dengan cara Gram, tetapi jika
berhasil maka hasilnya adalah Gram positif.
Perlakuannya dengan cara pemanasan, pencucian dengan menggunakan air
mengalir, pemberian zat warna dan pemberian alkohol. Tujuan pencucian dengan menggunakan alkohol
adalah supaya warna merah yang tersisa setelah ditetesi karbol fuchsin
hilang. Sedangkan perlakuan pencucian
dengan menggunakan air mengalir bertujuan untuk menutup kembali lemaknya. Pemberian zat warna seperti karbol fuchsin
dan metilen blue bertujuan untuk mematikan bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Zat warna yang dapat membunuh Mycobacterium
Tuberculosis adalah Malachite green. Hasil preparat menunjukan sel berwarna merah dengan background biru, hal
ini disebabkan karena karbol fuchsin
bersifat asam sehingga dapat diserap oleh dinding sel bakteri tersebut.
Sedangkan metilen biru bersifat basa sehingga tidak dapat diserap oleh dinding
sel bakteri (Pelczar, 1986).
Patogenesis Mycobacterium tuberkuloseadalah Mikrobacteria dalam
droplet dengan diameter 1-5µm dihirup dan mencapai alveoli. Penyakit dihasilkan
dari pembentukan dan proliferasi organism virulen dan interaksi dengan inang.
Basil virulen yang diinjeksikan (yaitu BBG) bertahan hanya dalam beberapa bulan
atau tahun dalam inang yang normal. Resistensi dan hipersensitivitas inang
sangat mempengaruhi perkembangan penyakit (Brooks, 2005).
Saat seseorang
terpapar pertama kali dengan bakteri Mycobacterium
tuberculosis, saat itulah terjadi infeksi primer. Saat bakteri masuk ke
tubuh, system kekebalan tubuh akan merespons dengan menghasilkan makropag (sel
kekebalan yang dapat mendeteksi dan menghancurkan benda asing yang masuk ke
tubuh). Makropag kemudian menelan dan membawa bakteri ke limpa untuk ditahan
atau dihancurkan. Akan tetapi, terkadang sel-sel bakteri ini masih dapat
memperbanyak diri. Perbanyakan sel-sel bakteri ini akan mengakibatkan perubahan
tahap infeksi primer menjadi TBC primer. Gejala-gejala TBC primer antara lain
batuk, demam, berkeringat saat malam, dan penurunan berat badan (Widiyanto,
2014).
Jika sel-sel
bakteri tidak memperbanyak diri maka kemungkinan yang lain adalah adanya
penghambatan sel bakteri oleh makropag. Makropag akan membentuk sebuah dinding
pengaman untuk membungkus sel bakteri. Gabungan antara makropag dan sel bakteri
ini kemudian berkembang menjadi sebuah tonjolan yang disebut tuberkel atau granuloma. Selama system kekebalan tubuh masih kuat, sel bakteri
berada dalam keadaan tidak aktif (dormant) di dalam bungkusan makropag selama
beberapa tahun. Pada keadaan ini, sel bakteri tidak mampu menimbulkan infeksi
lebih lanjut, sehingga orang tidak akan mengalami serangan TBC aktif. Namun,
jika kekebalan tubuh menurun, tuberkula akan terbuka dan melepaskan sel-sel
bakteri. Pada tahap ini, infeksi akan berkembang menjadi TBC sekunder (Widiyanto,
2014).
Penurunan
kekebalan tubuh akibat infeksi HIV atau kualitas gizi yang buruk bisa
mempercepat perkembangan infeksi menjadi TBC sekunder. Pada TBC sekunder, sel
bakteri yang semula tidak aktif menjadi aktif, memperbanyak diri, kemudian
menyerang berbagai jaringan di dalam paru-paru. Kerusakan yang terjadi di dalam
paru-paru biasanya ditandai dengan penumpukan cairan pada pleura (selaput
pembungkus paru-paru). Selain menyerang paru-paru, sel-sel bakteri juga akan
menyebar ke berbagai organ lainnya melalui aliran darah. Gejala yang muncul
pada tahap TBC sekunder adalah batuk yang disertai darah (Widiyanto, 2014).
Penyakit
yang disebabkan Mycobacterium sp adalah Microbacteria lain pada
derajat patogenik yang berbeda telah ditumbuhkan dari sumber manusia lain dalam
decade terakhir. Mikroba atipikal ini dikelompokan sesuai dengan kecepatan
pertumbuhan pada temperature yang berbeda dan produksi pigmen. Beberapa
diantaranya diidentifikasi menggunakan pemeriksaan DNA. Sebagian besar terjadi
dalam lingkungan, tidak ditransmisikan dengan cepat dari orang ke orang, dan
merupakan pathogen oportunistik. Spesies yang signifikan menyebabkan penyakit
seperti dibawah ini.
a.
Mycobacterium
avium complex
Mycobacterium
avium sering kali disebut MAC atau MAI (M.aviumintracellulare) komplek. Organism
ini tumbuh secara optimal pada temperature 41oC, menghasilkan koloni
halus, lunak, dan tidak berpigmen. Dalam lingkungan terbuka mereka ada
dimana-mana, dan telah dibiakan dari air, tanah, makanan, dan binatang termasuk
burung.
Organisme MAC sering menyebabkan
penyakit pada seseorang yang mengidap immunokompeten. Namun, di Amerika
Serikat, infeksi disseminasi MAC merupakan infeksi bakteri opportunities yang
umum pada pasien AIDS. Resiko pengembangan disseminasi infeksi MAC pada
orang-orang terinfeksi AIDS bertambah banyak ketika jumlah limfosit positif
CD-4 berkurang hingga <100/ µl.
Paparan lingkungan dapat menimbulkan
kolonisasi MAC pada saluran respirasi atau gastrointestinal. Bakterimia
transien yang terjadi akan diikuti dengan invasi jaringan. Bakterimia dan
infiltrasi jaringan ekstransif menghasilkan disfungsi organ. Beberapa organ
dapat dipengaruhi. Dalam paru-paru, nodul, diffuse infiltrate, rongga, dan lesi
endobronkhial merupakan hal yang umum. Manifestasi lain termasuk perikartidis,
abses jaringan lunak, lesi kulit, melibatkan nodus limfe, infeksi tulang dan
lesi system saraf pusat. Pasien yang sering mengalami simtom nonspesifik
seperti demam, keringat dingin, sakit perut, diare, dan penurunan barat badan
(Brooks, 2005).
b. Mycobacterium kansasi, M.
malmoense, dan M. xenopi
Spesies-spesies ini menyebabkan infeksi
paru yang lambat menyerupai tuberculosis pada pasien predisposisi penyakit paru
kronik seperti bronkiektasis, silikosis, dan penyakit obstruksi jalan napas.
Terapi awal dengan obat standar mungkin harus disesuaikan mengikuti uji
kerentanan (Gillespie, 2007).
c.
Mycobacterium
marinum, dan M. ulcerans
Mycobacterium
marinum menyebabkan infeksi granulomatosa kronik
pada kulit dan didapat dari sungai, kolam renang yang tidak dikelola dengan
baik, maupun kolam ikan. Penyakit ini ditandai oleh lesi pustular yang
berkrusta. Infeksi M.ulcerans berhubungan
dengan pertanian di Afrika dan Australia. Ekstremitas bawah biasanya terkena
lesi popular, yang membentuk ulkus dan dapat merusak jaringan dibawahnya
termasuk tulang (Gillespie, 2007).
d. Mycobacterium
scrofulaceum
Bakteri ini adalah skotokromogen yang
kadang-kadang ditemukan di air dan sebagai saprofit pada orang dewasa yang
mengidap penyakit paru-paru kronik. Bekteri menyebabkan limfadenitis servikal
kronis pada anak-anak, dan jarang penyakit granulomatus lain. Pembedahan eksisi
yang meliputi nodus limfa servikal memberikan hasil yang baik dan resistensi
terhadap obat antituberkulosis (Brooks, 2005).
e.
Mycobacterium
leprae
Mycobacterium
leprae tidak dapat dibiakkan pada media buatan.
Organism ini menyerang saraf perifer, menyebabkan anesthesia. Destruksi jari
dan deformitas terjadi kemudian, mengakibatkan pasien mengalami cacat berat.
Hasil akhir dari infeksi tergantung dari respon imun setiap individu, membentuk
spectrum dari ‘tuberkuloid’ yang didominasi oleh respons TH1, ‘borderline’ sampai ‘lepromatosa’ yang
didominasi oleh respons Th2. Pasien dengan penyakit tuberkuloid memiliki
respons imun yang diperantarai-sel yang kuat, memiliki banyak granuloma, dan
pausitas bakteri pada jaringan berhubungan dengan kerusakan saraf tropic,
sedangkan pasien dengan penyakit lepromatosa memiliki imunitas yang
diperantarai-sel(cell-mediated immunity,
CMI) yang buruk, tidak terdapat granuloma, dan merupakan penyakit generalisata
(Gillespie, 2007).
Perbandingan
hasil praktikum dengan pustaka dahak dari pasien penderita TB diekstrak dengan mengunakan
teknik Ziehl Neelsen dan asam cepat terdapat noda merah dengan latar biru yang
merupakan basil positif. BTA mudah dikenali dalam Negara yang memiliki tingkat
insiden TB MDR yang rendah dan Negara yang memiliki tingkat insiden TB MDR yang
tinggi. Data perubahan dalam gen rpoB dari M. tuberculosis menyebabkan resistensi rifampisin (Zanden,
2003).
Sputum
yang digunakan dalam praktikum BTA setelah diekstrak dengan menggunakan teknik
Zeehl Neelsen tidak menghasilkan noda warna merah dengan latar biru. Hal ini
menunjukan bahwa dalam sputum tersebut resusnya negative ( tidak mengandung
bakteri Mycobacterium tuberkulose).
I.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Bakteri
tahan asam adalah bakteri yang memiliki ciri- berantai karbon (C) yang
panjangnya 8-95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan
lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat
dinding sel.
2. Mycobacterium sp adalah
bakteri yang terdapat di masyarakat dimana salah satu spesiesnya adalah Mycobacterium tuberkulose yang memiliki
cirri batang sedikit bengkok, tidak berspora, dan merupakan bakteri tahan asam
yang memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal.
3.
Teknik
pewarnaan BTA terdiri dari teknik pewarnaan Ziehl Nelson, Kinyoun Gabbet, dan
Fluorochrom, dimana reagen yang digunakan dalam pewarnaan Ziehl Nelson adalah
karbol fucshin, alkohol asam, dan methylen blue
4. Patogenesis Mycobacterium
tuberkulose adalah Mikrobacteria dalam
droplet dihirup dan mencapai alveoli. Penyakit dihasilkan dari pembentukan dan
proliferasi organism virulen dan interaksi dengan inang.
5. Penyakit
lain yang disebabkan oleh Mycobacterium
sp adalah bronkiektasis, silikosis, dan penyakit obstruksi jalan napas,
infeksi granulomatosa kronik pada kulit, limfadenitis servikal kronis, dan
lepra.
6. Hasil
yang di dapatkan pada percobaan yang kami lakukan yaitu negative, karena tidak
ditemukan bakteri tahan asam yang berwarna merah dengan background biru.
Sedangkan pada sampel yang digunakan sebagai control, kami melihat dan ada
bakteri dinyatakan positif dengan bentuk batang gak bengkok dan berwarna merah
dengan background biru.
B.
Saran
1.
Ketika praktikum harusnya
lebih tepat waktu agar tidak meleset dari perkiraan waktu yang sudah
dijadwalkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Brooks,
Geo F, Janet S Butel, Stephen A Morse. 2005. Medical Microbiology Twenty Secound Ed, diterjemahkan Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Salemba
Medika. Jakarta
Gillespie,
Stephen H, Kathleen B Bamford. 2007. Medical
Microbiology and Infection at a Glance Third Edition, diterjemahkan Stella
Tinia H. Erlangga. Jakarta
Girsang, Merryani. 2013. Mycobacterium Penyebab Penyakit Tuberculosis
serta Mengenai Sifat-sifat Pertumbuhannya di Laboratoriumí. Pusat Biomedis
dan teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbang Kesehatan. Jakarta
Karuniawati.
2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl
Neelsen dan Fluorokrom Sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam Untuk
Pemeriksaan Mikroskopik Sputum. Jurnal
Makara Kesehatan. Vol. 9: 29-33
Lay,
Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba Di
Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Pelezar,
M. J and E. C.S Chand. 1986. Elements of
Microbiology. Mc Graw Hill
Companies Inc. Toronto
Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. UI
Press. Jakarta
Widiyanto, Sentot. 2014. Mengenal 10 Penyakit Mematikan. Pustaka
Insom Madani. Yogyakarta
Zanden, A G M Van, E M Te Koppele Vije,
Vijaya Bhanu, D Van Soolingen, L M Schouls. 2003. Used of DNA Extracts from
Ziehl Neelsen Stained Slides for Molecular Detection of Rifampin Resistance and
Spoligotyping of Mycobacterium tuberculosis. American Society for Microbiology. Journal of Clinical Microbiology.
Vol. 41: 3
0 komentar:
Posting Komentar